Lain-lain

Pembaruan perangkat lunak ASTER dapat dilakukan saat ASTER dalam kondisi aktif ataupun tidak. Akan tetapi, untuk mencegah kondisi tertentu yang dapat diakibatkan oleh pembaruan ASTER, setiap pembaruan ASTER akan mengubah status ASTER menjadi nonaktif.

Anda disarankan untuk melakukan pengecekan ulang untuk semua konfigurasi monitor, dan melakukan konfigurasi ulang seluruh monitor menjadi extended, apabila tampilan monitor tambahan menjadi tidak aktif.

1. Sebelum anda menggunakan ASTER di Windows 10, anda harus melakukan konfigurasi semua monitor menjadi extended (opsi “extend the displays” di menu “Display Settings” Windows), kemudian melakukan konfigurasi resolusi yang cocok di masing-masing monitor.

2. Perangkat lunak seperti games yang mengubah resolusi untuk menampilkan display secara penuh (fullscreen) seringkali tidak akan berfungsi seperti seharusnya. Untuk mengatasi masalah ini, jalankan perangkat lunak tersebut dengan opsi modus jendela.

Kondisi-kondisi tertentu memungkinkan komputer (PC) untuk mengalami crash, hang, freeze, maupun BSOD pada saat booting OS. Apabila ini terjadi, anda dapat melakukan hal-hal berikut:

Untuk semua OS:

Cabut kabel monitor untuk semua workplace, kecuali workplace pertama. Cabut juga semua perlengkapan tambahan seperti USB hub, mouse, dan keyboard untuk workplace lainnya. Setelah melakukan booting ulang OS, anda dapat menonaktifkan ASTER atau melakukan konfigurasi ulang untuk melacak sumber permasalahan yang terjadi.

Untuk Windows 8 dan Windows 10:

- Apabila komputer anda hang dan anda menginterupsi proses booting dengan menekan tombol “Reset” pada komputer, atau jika komputer anda tidak memiliki tombol “Reset”, anda dapat mematikan dan menyalakan ulang komputer anda di awal booting, yaitu pada saat logo Windows ditampilkan. Anda dapat memilih modus safe mode sehingga anda dapat menonaktifkan atau mengatur ulang ASTER.
- Jika anda menginterupsi proses booting sejumlah 3 kali dalam satu kali tertentu, secara otomatis modus recovery akan diaktifkan pada proses booting ke-4. Melalui modus ini, anda dapat memilih safe mode seperti metode sebelumnya, ataupun memilih modus recovery.
- Anda dapat juga masuk ke modus recovery dengan menggunakan CD/USB recovery yang dimiliki komputer anda.

Untuk Windows 7:

Anda dapat masuk ke menu booting Windows dengan menekan tombol F8 persis sebelum booting OS berlangsung, yaitu sebelum logo Windows tampil. Windows akan menampilkan menu berikut:
- F8 – safe mode (anda dapat menonaktifkan ASTER)
- F8 – disabling the obligatory driver signature check (anda dapat meminta Windows untuk menonaktifkan pengecekan signature driver yang diinstall)
- F8 – downloading the last successful configuration (anda dapat meminta Windows untuk mendownload konfigurasi booting sebelumnya yang berjalan normal)
- F8 – PC troubleshooting – (anda dapat melakukan proses recovery pada PC)

Setelah komputer (PC) dapat booting dengan baik, anda dapat menghubungi tim dukungan ASTER untuk meminta bantuan, sambil mengirimkan laporan detil dari perangkat lunak ASTER yang diinstall. Laporan ini dapat dibuat dengan mengaktifkan pilihan “Detailed troubleshooting information” saat menggunakan fitur “Support Request”. Perlu diperhatikan bahwa laporan ini tidak selalu dapat mengandung informasi saat komputer mengalami hang, sebab komputer telah melalui proses booting ulang ataupun recovery. Seringkali, permasalahan hanya terjadi pada kondisi tertentu dan tidak dapat direproduksi ulang kembali.

Pada ASTER yang diinstall di OS Windows 10 Build 15063, komputer tidak akan berhasil booting dan akan selalu berpindah ke modus recovery, apabila pilihan SecureBoot diaktifkan di BIOS. Untuk mengatasi masalah ini, pilihan SecureBoot di BIOS harus dinonaktifkan. Atau, anda juga dapat menggunakan opsi Windows “Disable Mandatory signature verification of drivers” pada saat modus recovery, yang memungkinkan OS untuk dapat booting walaupun pilihan SecureBoot diaktifkan di BIOS.

Untuk menonaktifkan SecureBoot, lakukan langkah-langkah di bawah:

• Masuklah ke dalam menu BIOS di awal booting komputer, dengan menekan tombol Del/F1/F2 ataupun Esc. Tombol yang perlu ditekan biasanya ditunjukkan di bagian bawah layar pada saat komputer menampilkan logo merk motherboard. Anda juga dapat mencari informasi ini melalui panduan pengguna komputer ataupun motherboard yang digunakan.

• Nonaktifkan fitur “SecureBoot” di BIOS dengan cara memilih opsi “Disabled”. Opsi terkait fitur ini biasanya ada di dalam menu “Security”, “Boot”, ataupun “Authentication”, tergantung merk dan tipe motherboard. Beberapa jenis motherboard juga mengharuskan anda untuk menghapus secure boot keys di dalam menu “Key Management” atau sejenisnya.

• Setelah itu, simpan konfigurasi dan restart komputer, menggunakan menu yang tersedia, yang pada umumnya dilakukan dengan menekan tombol F10 » YES » Enter.

Pada dasarnya, OS Windows memiliki fitur untuk dapat menggunakan flash disk USB ataupun partisi hard disk/CD sebagai folder NTFS melalui snap-in “Computer Management”. Perangkat lunak USBDLM berfungsi untuk membantu melakukan proses tersebut sehingga dapat dilakukan secara otomatis saat media penyimpanan dicolokkan ke komputer.
Contoh di bawah mendeskripsikan penggunaan perangkat lunak USBDLM untuk berbagi media penyimpanan flash disk USB, yang dijabarkan sebagai berikut:
The following steps describe the setting up process, using the USB flash drive as an example:

1. Unduh dan pasang (install) USBDLM

2. Jalankan file _service_register.cmd dan _service_start.cmd dari folder C:\Program Files\USBDLM\

3. Jalankan file C:\Program Files\USBDLM\_edit-ini.cmd. Setelah selesai, USBDLM akan membuat file USBDLM.ini. Apabila file ini belum terbuka, buka file tersebut dari folder USBDLM menggunakan text editor semacam Notepad.

4. Semua flash disk USB yang akan diakses oleh bermacam user harus ditambahkan pada bagian entri [DriveLetters] pada file USBDLM.ini. Beberapa parameter di bagian [DriveLetters] akan menginstruksikan aksi USBDLM pada saat flash disk USB dicolokkan ke komputer. Parameter lainnya yang harus diisi untuk tiap flash disk USB adalah [PortName], [DeviceID], [VolumeSerial], dsb. Untuk melihat informasi tersebut pada flash disk USB yang sudah dicolokkan di komputer, anda dapat menggunakan program UsbDriveInfo.exe yang terdapat di folder C:\Program Files\USBDLM\. Parameter flash disk USB yang diperlukan ada di panel kanan, di bagian “USBDLM Criteria”.

5. Untuk contoh menggunakan flash disk USB di sini, bagian [DriveLetters] do file USBDLM.ini untuk flash disk terkait dapat dituliskan sebagai berikut:

[DriveLetters]
PortName=2-12
;UserName=User1 {these are comments }
Letters=c:\Users\User1\Desktop\usb-stick
; position №1 1.1 { these are comments }

Maksud entri [DriveLetters] di atas adalah; semua flash disk USB yang dicolokkan ke port 2 sampai dengan 12, akan ditampilkan di folder “usb-stick” di desktop User1. Pada contoh ini, port 12 adalah port milik USB hub. Apabila angka tersebut diganti dengan “??”, maka entri [DriveLetters] di atas akan berlaku untuk semua USB hub di komputer tersebut. (Perlu diperhatikan bahwa jumlah tanda tanya harus sama dengan jumlah digit port di komputer yang terkait).

6. Sebagai contoh lain, perhatikan entri USBDLM.ini sebagai berikut:

[DriveLetters]
DeviceID=USB\VID_0951&PID_1642\0019B92B179BBBB175080057
;UserName=User2
Letters=c:\Users\User2\Desktop\usb-stick
;position №2 1.2

Entri [DriveLetters] di atas memilki arti bahwa entri tersebut hanya berlaku untuk flash disk USB dengan DeviceID yang terkait, dan akan ditampilkan pada folder “usb-stick” User2.

7. Entri [DriverLetters] dalam USBDLM.ini dapat menggunakan kombinasi parameter yang tersedia, misalnya mengidentifikasikan flash disk USB dengan menggabungkan parameter PortName, DeviceID, dan seterusnya.

*Perlu diperhatikan bahwa pengguna lain yang juga memiliki akses ke folder yang dituliskan di atas (dalam kasus ini User2) juga akan dapat mengakses data flash disk USB tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Frederik Dewanckele, pengguna ASTER yang telah memberikan informasi di atas.

Banyak organisasi dan perusahaan lebih memilih untuk menggunakan metode cloning hard disk maupun recovery ketimbang melakukan instalasi OS Windows dari awal. Hal ini dilakukan untuk mempercepat instalasi OS ke semua komputer di organisasi tersebut.

Perlu diperhatikan bahwa setelah proses disk cloning ataupun recovery selesai, lisensi yang terdapat pada ASTER di dalam hard disk tersebut akan menjadi tidak valid, karena komputer tersebut pastinya akan memiliki identitas prosesor (CPU) maupun hard disk yang berbeda.

Selain itu, semua komputer dengan OS yang diinstall menggunakan metode cloning juga akan memiliki nama komputer dan ID instalasi ASTER yang sama. Anda tidak akan dapat melakukan restorasi lisensi dari pencadangan server aktifasi ASTER (cara melakukan restorasi lisensi dari pencadangan dapat dilihat di sini). Akibatnya, tim dukungan teknis akan mengalami kesulitan untuk menemukan lisensi yang benar untuk komputer tersebut, yang tentunya akan memakan banyak waktu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, lakukan rekomendasi berikut:

1. Ubah nama komputer tersebut menjadi sebuah nama unik dalam organisasi terkait. Gunakan metode penamaan yang mudah dikenali menggunakan skema yang cocok digunakan dalam organisasi.

2. Hapus informasi lisensi ASTER, karena lisensi tersebut tidak akan berfungsi di komputer hasil disk cloning terkait (untuk cara menghapus informasi lisensi ASTER, lihat di sini).

3. Apabila terjadi masalah dengan aktifasi lisensi, catat MAC address dari jaringan komputer yang terkait, dan kirimkan informasi tersebut ke tim dukungan ASTER, bersama laporan teknis yang dibuat dari perangkat lunak ASTER.

Berikut ini salah satu cara untuk mendapatkan informasi MAC address sebuah komputer melalui command line:

Win+R

cmd.exe

ipconfig /all> myips.txt txt-file add to report

*Dikarenakan proses aktifasi lisensi ASTER yang rumit apabila menggunakan metode disk cloning, maka pengguna disarankan untuk melakukan disk cloning sebelum melakukan instalasi perangkat lunak ASTER.